Kamis, 23 Februari 2017

Usaha Perekonomian Desa Jagapura Wetan



1. Pasar Pagi Sirembi
Pasar Pagi Sirembi merupakan salah satu  pasar  yang ada di Jagapura wetan (Kab. Cirebon). Sebelum mengetahui lebih dalam tentang Pasar Pagi Sirembi kita harus tau dulu sejarah dari Pasar Pagi Sirembi itu sendiri. Awal mula dinamai Pasar Pagi karena  berlangsung setiap hari dan terletak di jalan Sirembi. Awalnya di jalan sirembi hanya ada satu atau dua pedagang ikan. Seiring berjalannya waktu pedagang di Pasar Pagi Serimbi semakin bertambah. Pasar pagi sirembi di mulai sejak tahun 2010. Awalnya pihak desa tidak setuju dengan adanya pasar dipinggir jalan. Pihak desa menyarankan berjualan di jalan tanggul tetapi para pedagang tidak menyetujui dan tetap memilih berjualan di pinggir jalan. Alasan pihak desa melarang berjualan di pinggir jalan dikarenakan akan menyebabkan kemacetan. 



Pedagang di pasar Pagi Sirembi bukan hanya berasal dari desa Jagapura Wetan saja tetapi berasal dari berbagai desa. Pasar Pagi Sirembi semakin berkembang setelah diperbolehkannya berdagang di jalan Sirembi. Pasar Pagi Sirembi diadakan setiap hari. Hari senin – sabtu terdapat sayuran, daging, dan peralatan rumah tangga dan hari minggu terdapat berbagai keperluan rumah tangga.
Pasar Pagi Sirembi merupakan pasar terdekat di daerah jagapura wetan. Tak heran bila tempat ini selalu dipadati para pembeli dari berbagai daerah di sekitar jagapura. Pasar ini berlangsung dari pukul 04.00 hingga pukul 09.00 WIB untuk transaksi jual beli yang dilakukan para pedagang di pasar tersebut.

Pasar Pagi Sirembi terletak di pinggir jalan. Maka tak heran jika di kawasan Pagi Sirembi selalu macet. Apalagi hari Minggu pedagang bertambah banyak Keadaan ini dikarenakan tidak ada lahan parkir yang dikelola pasar  belum maksimal dalam penataanya. Sehingga para pengunjung yang datang ke Pasar Pagi Sirembi yang memakai kendaraan, khususnya kendaraan roda dua sulit memarkir kendaraanya. Akhirnya para pengunjung pasar Pagi Sirembi tersebut memakai bahu jalan yang menyebabkan macet. 
2. Pande Besi


Pande merupakan alat-alat pertanian yang biasanya terbuat dari baja seperti sabit/arit, cangkul/ pacul, pisau/ lading, parang/ pedang, dan golok. Macam-macam pande tersebut dapat digunakan untuk berbagai macam aktivitas yang berbeda-beda. Arit adalah sejenis pisau bergagang yang bentuknya melengkung seperti sabit, digunakan untuk memotong (mengarit) rumput dan padi. Cangkul biasa disebut para petani pacul yaitu perkakas berupa lempeng baja yang tipis dengan tangkai panjang, digunakan untuk menggali dan membalik tanah, serta mengaduk adonan seperti pasir dan semen.  Pisau/ lading adalah belahan baja atau besi dengan parang yang pendek memiliki gagang. Sedangkan golok hampir mirip dengan pisau namun memiliki bentuk parang yang lebih panjang. 


Pande salah satu usaha yang dilakukan oleh masyarakat Jagapura khususnya Jagapura Wetan salah satunya berada di dusun satu blok Pande. Kerajinan pande merupakan ladang usaha pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup. Waktu dalam pembuatan pande setiap hari kecuali hari jumat. Produksi yang paling aktif yaitu pembuatan pisau/ lading. Dalam waktu satu bulan bisa manghasilkan 250 biji tanpa waktu istirahat. Selain pisau seperti sabit/arit, cangkul/ pacul, parang/ pedang, dan golok di produksi ketika ada pemesnan saja. Pembuatan pande di Jagapura masih menggunakan alat –alat tradisional. Parang yang digunakan dalam pembuatan pande di desa ini menggunakan baja bukan menggunakan besi biasa karena baja lebih kuat dan hasil yang tidak pecah. Kayu yang digunakan sebagai gagang pembuatan pande menggunakan kayu randu karena mudah dibentuk. Jika menggunakan kayu yang lain hasilnya tidak memuaskan seperti kayu jati dan kayu mangga yang terlalu keras sehingga sulit untuk dibentuk.








Hasil pande didistribusikan paling jauh ke Aceh dan Banten, untuk wilayah pantura di Brebes, Tegal dan wilayah Cirebonnya di Babakan.
Keuntungan hasil penjualan pande itu hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari sedangkan kerugiannya yaitu apabila pande yang sedang dibuat bahannya bukan dari baja yang akan pecah dalam proses pembuatannya. 
Harga pande hasil produksi desa Jagapura Wetan
-          Arit: Rp. 15.000
-          Pisau: Rp. 8.000 – Rp 20.000
-          Pedang: Rp. 60.000
-          Golok: mulai dari Rp. 40.000
-          Cangkul: Rp. 300.000 – Rp. 350.000

Inovasi Gagang pisau (Pande) dari Mahasiswa KKN-PKM Unswagati 2017










 
3. Benur
 

          Kegiatan usaha benur yang ada di Jagapura Wetan berada di daerah Situnggak tepatnya di dusun 4 (empat), dimana Jagapura Wetan memiliki beberapa dusun dari dusun 1 sampai 4.
Benur merupakan  benih atau anak  ikan dengan ukuran tertentu yang di gunakan sebagai kegiatan  pembudidayaan ikan. Kegiatan usaha benur ikan lele adalah bentuk kegiatan ekonomi yang sudah dilakukan masyarakat dusun 4 (empat) sejak 20 Tahun silam, dimana sebagai mata pencaharian pokok masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pemilik usaha benur
            Diantara sekian banyak pemilik usaha benur yang ada di dusun 4 (empat) Jagapura Wetan ada dua narasumber pemilik Usaha benur ikan lele diantaranya yaitu:
Nama               : Bapak Rahmatullah
Usia                 : 48 tahun
Alamat            : Dusun Situnggak Desa Jagapura Wetan Kecamatan Gegesik. 

Nama               :Ibu Kartisem
Usia                 : 43 tahun
Alamat            : Dusun Situnggak Desa Jagapura Wetan Kecamatan Gegesik 

  • Proses Pembenihan
          Dalam usaha kegiatan benur ikan lele membutuhkan tempat atau lahan untuk pembenihan dan pembudidayaanya, dimana modal usaha benur ikan lele kurang lebih Rp.1.000.000 untuk sewa lahan, pengadaan terpal, pompa air, bambu, Induk Ikan lele, dan pakan ikan. Bibit unggul atau benih (Benur) dihasilkan dari proses perkawinan antar induk lele betina dengan ikan lele jantan induk biasa berumur satu tahun jika kurang dari satu tahun maka ikan lele betina tidak bagus untuk dijadikan bibit. Adapun bibit dalam  sepasang  itu di beli 1 kg (satu kilo) dengan harga Rp. 20.000. Jenis benur ikan lele tersebut merupakan jenis ikan lele jumbo. Pakan untuk induk ikan lele yaitu roti dan profit -3. Setelah proses perkawinan, induk lele harus dipisahkan dengan telur-telur yang telah menetas dimana telur-telurdi pisahkan ditempat yang berbeda untuk menghindari kanibalisme atau saling memakan dengan jenisnya sendiri. Setelah telur-telur ditempatkan di dalam tempat yang berbeda kemudian melakukan kegiatan rutin untuk mengganti air 3 hari sekali selama 10 hari kedepan dimana hari ke 10 merupakan hari panen benur ikan lele yang siap di jual. Proses pemanenan benur ikan lele dilakukan di pagi hari sekitar pukul 07.00 sampai pukul 08.00 WIB
  • Pengemasan dan Harga Benur Ikan Lele
     Benur yang sudah siap panen kemudian dipindahkan ke tempat atau plastik khusus benur yang siap di jual, dimana dalam satu kantung plastik berisi 10 gelas kecil khusus untuk menakar jumlah benur kedalam plastik. Pada saat panen setiap kantung plastik berisi benur diberi obat supertetra dan telur agar benur-benur dalam plastik tidak mati. Dalam satu plastik jumlah benur sekitar 25000 benur dan satu kantung plastik benur tersebut seharga Rp. 87.500, dimana 1000 benurdihargai Rp. 3000. Benur yang sudah siap dalam kemasan kantung plastik kemudian di berikan ke penyalur atau juragan atau akrab disebut sebagai bakul, karena pemilik tidak melakukan penjualannya sendiri. Dalam satu bakul yang akan didijual berisi 50.000 sampai 10.000 benur dalam beberapa kantung plastik yang siap dijual. 














Selasa, 21 Februari 2017

TENTANG DESA JAGAPURA WETAN





VISI MISI DESA JAGAPURA WETAN
 
VISI :
Melayani masyarakat Desa Jagapura Wetan secara menyeluruh demi terwujudnya Desa Jagapura Wetan yang maju, mandiri, sehat dan sejahtera.

            MISI :
a. Mengoptimalkan kinerja Perangkat Desa secara maksimal sesuai tugas pokok dan fungsi Perengkat Desa demi tercapainya pelayanan yang baik bagi masyarakat; 
b.   Melakukankoordinasiantarmitrakerja; 
c.   Meningkatkan Sumber DayaManusia dan memanfaatkan Sumber Daya Alam untuk mencapai kesejahteraan masyarakat;
d.    Meningkatkan kapasitas kelembagaan yang ada di DesaJagapura Wetan;
e.    Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat;
f.   Meningkatkan kesejahteraa nmasyarakat Desa Jagapura Wetan dengan melibatkan secara langsung masyarakat Desa Jagapura Wetan dalam berbagai bentuk kegiatan;
g.    Melaksanakan kegiatan pembangunan yang jujur, baik dan transparan serta dapat dipertanggung jawabkan.

  STRATEGI:
a.   Pengelolaan anggaran berdasarkans kalaprioritas agar program Pemerintah Desa dapat berjalan secara cepat, tepat dan akurat yang ditunjang dengan peningkatan kesejahteraan Aparatur dan lembaga yang ada dengan mengedepankan manajemen pemerintahan dan pelayanan publik;
b.   Penataan administrasi Pemerintahan Desa;
c.   Memberdayakan lembaga yang ada dan mengoptimalkan kegiatan pemuda dan olah raga guna menekan tingkat kenakalan remaja;
d.  Peningkatan sumber daya masyarakat agar masyarakat menjadi lebih produktif dan mampu berdaya saing menghadapi perkmbangan lingkungan;
e.   Meningkatkan pengembangan kegiatan keagamaan;
f.   Peningkatan pengelolaan jalan desa, jalan lingkungan, gang, sarana air bersih, saluran air pertanian, sarana keagamaan dan pendidikan serta infrastruktur lainya.

SEJARAH DESA JAGAPURA
            Desa Jagapura awalnya bernama Desa Pasepatan, yang dipimpin oleh Ki Agung Sidum atau Ki Jagabaya Putra tertua Ki Gede Gesik (Plered), yang memiliki tiga anak laki-laki, yaitu; Ki Sumeng (Ki Gede Bayalangu), Ki Gede Guwa (Ki Gede Baluran), dan satu anak perempuan yaitu; Nyi Mertasari (Nyi Gede Gegesik).


Ki Jagapura adalah orang yang dekat dengan Pangeran Cakrabuana dan Sunan Gunung Jati. Beliau mendapatkan tugas untuk mensyiarkan agama Islam di daerah perbatasan Cirebon-Indramayu, yang ditugaskan untuk menjaga keamanan perbatasan yang memungkinkan adanya serangan musuh. Pada waktu itu Indramayu-Cirebon memiliki pagar yang sangat tinggi dan kokoh, hanya ada satu pintu masuk untuk lalu lintas saja (gapura). Dikarenakan sebagai penjaga gapura itu, Ki Jagabaya terkenal dengan sebutan Ki Gede Penjaga Gapura yang akhirnya dinamakan Ki Gede Jagapura. Dengan demikian, nama Desa Pasepatan itu berubah menjadi Desa Jagapura. Dahulu kala saat Cirebon berperang melawan Raja Galuh yang dimenangakan oleh Pasukan Cirebon. Ki Jagabaya ikut serta dengan gagah berani memperkuat pasukan Cirebon. Setelah meninggal dunia, Ki Gede Jagapura tidak dimakamkan di wilayah Jagapura. Ada sebuah riwayat yang menyatakan bahwa dimana Ki Gede Jagapura dimakamkan, yaitu di Astana Gunung Jati atau di Desa Bungko.
            Ki Gede Jagapura pernah datang di Bungko untuk mencoba kesaktian (ngayoni) Ki Gede Bungko, akan tetapi Ki Gede Jagapura terdesak (kasoran), karena terperosok kedalam lumpur lalu pinggang Ki Gede Jagapura dihantam oleh Ki Gede Bungko dengan menggunakan dayung. Ki Gede Jagapura kemudian melarikan diri menuju Keraton Cirebon, namun terlebih dahulu beliau menjatuhkan tongkatnya di luar lokasi peperangan, kemungkinan besar tongkat itulah yang dikuburkan di Wilayah Bungko. Oleh karena itu,  setiap tahun warga Jagapura mengadakan kunjungan ke makam Ki Gede Jagapura, baik di Astana Gunung Jati maupun di Desa Bungko. Disamping itu, adat istiadat Mapag Sri (Pesta Rakyat), upacara nebus wetengan (Tujuh Bulanan) masih dilaksanakan sebagian masyarakat Jagapura hingga sekarang.
Bekas peninggalan Ki Gede Jagapura yang masih ada, diantaranya terletak di:
1.      Selokan  Pasepatan terletak di pekarangan Masjid Jami Desa Jagapura.
2.      Sumur Kejayaan di sudut barat daya alun-alun di depan SD Jagapura Kidul.
3.      Sumur Bandung di Desa Jagapura Lor di tempat itu dahulu sering dipergunakan untuk musyawarah para pangeran Cirebon dalam mempersiapkan taktik dan siasat menghadapi berbagai kemungkinan serangan musuh.
            Sejalan dengan perkembangan penduduk yang semakin banyak dan wilayah desa yang sangat luas, pada zaman kolonial Belanda sekitar tahun 1885. Desa Jagapura yang terletak disekitar Desa Gegesik ini dibagi menjadi dua bagian yaitu; Desa Jagapura Lor dan Jagapura Kidul.
            Pada Tahun 1982 Desa Jagapura Lor dibagi kembali menjadi Desa Jagapura Lor dan Desa Jagapura Kulon. Selanjutnya pada tahun 1983 Desa Jagapura Kidul dibagi kembali menjadi Desa Jagapura Kidul dan Jagapura Wetan.
            Dengan demikian, Desa Jagapura seluruhnya terbagi mejadi empat desa yaitu Desa Jagapura Lor, Jagapura Kidul, Jagapura Kulon, dan Jagapura Wetan.
 
 Adapun sejarah desa jagapura wetan menurut salah satu tokoh masyarakat "Minem" menceritakan bahwa desa Jagapura adalah salah satu desa yang terletak di wilayah kecamatan gegesik. Desa Jagapura juga merupakan sebuah desa yang menghubungkan antara wilayah Cirebon dan Indramayu. Desa jagapura sendiri masih dominan dalam bidang pertanian. Desa jagapura terjadi pemekaran, yang menggolongan desa tersebut menjadi empat desa. Walau pun ada juga beberapa yang menjadi khas dari jagapura tersebut. Akan tetapi mayoritas penduduknya kebanyakan berprofesi sebagai petani. Karena dulunya desa jagapura memang sebuah persawahan yang luas tanpa adanya permukiman satu pun.

            Sebelumnya, benar atau tidaknya dahulu Desa Jagapura itu hasil dari sayembara karena pada zamannya Desa Jagapura belum ada satu pun rumah. Hanya saja ada suatu perkampungan kecil di wilayah perbatasan Cirebon-Indramayu yang disebut dengan Blok Tegal. Blok Tegal adalah suatu wilayah perbatasan antara Cirebon dan Indramayu. Dalam cerita yang telah kami telisik bahwasannya Blok Tegal adalah suatu wilayah yang terdapat banyak para Jago Merah atau pada zaman sekarang disebut para Algojo. Di wilayah tersebut banyak para penjaga yang memanfaatkan tempat tersebut dijadikan sebagai tempat perjudian dan tempat hiburan bagi para laki-laki hidung belang. Dengan adanya wilayah tersebut, para warga dibuat resah. Akhirnya dari tingkat Ki Gede Wilayah Cirebon membuat sebuah sayembara untuk mengusir para Algojo dari wilayah tersebut. Akan tetapi dalam sayembara tersebut mereka memberikan syarat yang begitu berat kepada para peserta sayembara. Bahwasannya syarat yang ditentukan adalah mengusir para Algojo dengan tidak memerangi wilayah tersebut. Dari sekian banyak yang mengikuti sayembara tidak ada satu pun yang berhasil. Karena dari banyaknya peserta yang mengikuti sayembara, mereka semua mengusir para algojo dengan melakukan peperangan di wilayah tersebut. Hanya ada salah satu orang peserta yang berhasil menyelesaikan syarat dan tantangan dari Ki Gede Wilayah Cirebon tersebut tanpa memeranginya. Orang tersebut adalah Pangeran Jagabaya. Pangeran Jagabaya adalah Pangeran yang terkenal di Daerah Bungko. Suatu daerah yang sudah ada sebelum adanya desa Jagapura. Pangeran Jagabaya masih memiliki ikatan darah dengan sesepuh Syekh Benting yang terkenal dari Daerah Bungko. Nama asli dari Pangeran Jagabaya adalah Surya Mukta atau Wirya Surta. Namun warga setempat lebih mengenal dengan sebutan Pangeran Jagabaya. Pangeran Jagabaya adalah Pangeran yang sangat disegani selain Syekh Benting.


Hanya Pangeran Jagabaya yang dapat menyadarkan tanpa adanya peperangan diwilayah Blok Tegal (Paltuding atau sekarang disebut dengan nama daerah Gopala). Cara yang dilakukan Pangeran Jagabaya sedikit berbeda dari banyaknya orang yang sudah melakukan pengusiran diwilayah Blok Tegal (Paltuding atau Gopala). Cara yang dilakukan oleh Pangeran Jagabaya adalah dengan memberikan syafaat atau arahan dengan cara halus. Selain itu Pangeran Jagabaya menyadarkan dengan hal yang menurut warga setempat sangat mustahil. Sehingga warga Blok Tegal (Paltuding atau Gopala) sangat menyegani Pangeran Jagabaya. Namun setelah wilayah atau perkampungan Blok Tegal (Paltuding) aman, Pangeran Jagabaya tidak lagi menampakkan diri di wilayah tersebut. Namun nama Pangeran Jagabaya sangat disegani oleh masyarakat setempat. Dari info yang kami dapatkan nama Jagapura di dapat dari nama Pangeran Jagabaya. Namun benar atau tidaknya, kami belum dapat memastikan bahwa nama Jagapura didapat dari nama Pangeran Jagabaya.



  • STRUKTUR PEMERINTAH DESA JAGAPURA WETAN KECAMATAN GEGESIK KABUPATEN CIREBON TAHUN 2017